Gantungkan cita - cita mu setinggi langit, kalimat itu selalu membisikkan ku setiap detik tanpa henti.
Entah sudah berapa banyak cita - cita yang kugantung, hingga membuat naluri ini bingung untuk memulainya.
Namun hati ini selalu teguh untuk merabanya, walau ragu kian terbesit.
Setiap keraguan datang, saat itu pula semangat datang menggairahkan diriku, walau hanya sementara.
Sehingga tak ada salahnya bertahan.
Keraguan telah mewabah dengan pesatnya, mungkin aku biangnya.
Salah satu korban nya adalah tidak lain dan tidak bukan orang tua ku sendiri.
Keraguan telah menghipnotis mereka untuk berjuang dan berperang mati-matian terhadap apa yang kupilih dan abdikan.
Mungkin semua karena khawatir, atau 99,89 % bersekutu dengan harta duniawi.
Tetapi aku selalu bersyukur dengan hikmat dan tersenyum dalam menanggapi nyanyian orang tua yang kerap kali terdengar sumbang, dan aku berusaha menjadi melodi pelengkap keraguan mereka.
Aku tak dapat berjanji untuk dapat bergelimang harta di kemudian harta, tapi aku berjanji akan selalu tetap mensyukuri setiap nikmat hidup yang Tuhan berikan kepadaku.
Dendam dan sakit hati seorang anak, telah ku telan tanpa sisa, demi engkau kedua orang tua ku.
Aku tak akan menuntut apa-apa dari kalian, hanya 1 yang ku pinta ketika bersenandung dalam Doa, semoga kalian dapat menyaksikan dan merasakan ketika anak mu ini berhasil menggapai cita - cita nya dengan jujur dan teguh.
Terima kasih atas semuanya, jerih payah kalian akan selalu ku ingat.
Salam sayang dan cinta buat kalian kedua orang tua ku.
0 komentar:
Posting Komentar
Bebas berkomentar, asal jangan Berbau SARA, Pornografi, Jual Obat, Promosi MLM DLL.
Pokoknya Jangan Menganggu Suasana Kami Ngopi Disini.
Kami Semua Cinta Damai.